
Play/Download
Dari Bagian 4
Belum lebar Aryo membuka pintu, terlihat ada laki-laki setengah berlari
dan menghampiri Mellinda. Aryo sedikit kaget namun tak kuasa untuk
membuka pintu lebih lebar. Seketika itu pula laki-laki itu menarik
tangan Melinda. Melinda agak sedikit meronta namun cengkeraman laki-laki
itu lebih kuat. Melinda pun mau tidak mau mengikutinya.
Reza..! Laki-laki yang sering menyiksa Melinda, kini menarik tangan
Melinda dan memasukkan melinda ke dalam mobilnya. Aryo hanya diam
memandangi. Kejadian itu sangat cepat. Ketika BMW 320i Reza melaju
cepat, Aryo sadar, bahwa yang harus dilakukannya adalah mencegat mobil
itu. Namun Aryo terlambat. Mobil itu telah masuk di keramaian jalan Asia
Afrika.
Aryo segera berlari menuju mobilnya dan lansung memacu mobilnya mengejar
BMW merah Reza. Beberapa saat kemudian, Aryo telah mendekati mobil
Reza. Aro menjaga jarak, ingin tahu apa yang dilakukan Reza terhadap
kekasih lamanya. Terlihat keduanya terlibat adu mulut. Sesekali reza
mendorong kepala Melinda hingga membentur kaca jendela. Darah Aryo
bergolak, namun menunggu saat yang tepat untuk mencegat mobil Reza,
karena suasana saat itu di jalan Wastukencana sangat ramai.
Hingga akhirnya mobil tersebut meluncur ke arah atas, daerah Lembang.
Sampailah reza di hotel P*******. Reza memasukkan mobilnya kesana,
diikuti Aryo beberapa saat kemudian. Aryo masih berdiam diri,
menyaksikan dua orang yang diikutinya masuk ke dalam hotel dan kemudian
menghilang, setelah berurusan dengan pihak receptionist.
Aryo bingung dengan apa yang hendak dilakukannya. 15 menit berlalu, dan akhirnya memberanikan diri keluar dari mobilnya.
"Pak, dua orang yang tadi baru masuk ada di kamar berapa ya..?" tanya Aryo pada receptionist.
"Maaf, dua oranga yang mana Pak..?"
"Pak Reza..!", jawab aryo singkat.
"Sebentar Pak, kami lihat dulu..!", jawab receptonist, sambil mengecek komputer reservasi.
"Di kamar 31 Pak, mau bertemu..? kalo gitu biar saya panggilkan..", tanya receptionist lagi.
"Tidak usah Pak, biar saya kesana saja, sudah janji kok Pak..!", kata
Aryo sambil menjauh dari meja receptionist dan sedikit berlari menuju
kamar yang dimaksud.
"Pak.. Pak, ya sudahlah..", jawab receptionist pasrah.
Aryo setengah berlari mencari kamar yang dimaksud. Ternyata cottage.
Jendela ruangan cottage tertutup korden. Namun Aryo dapat mendengar
sedikit keributan antara Reza dan Melinda. Telinga Aryo menempel di
pintu. Terdengar teriakan Reza memaki-maki Melinda. Melinda pun
terdengar menangis. Darah Aryo makin bergolak. Perlahan diketuknya pintu
cottage itu.
"SIAPA..!" Teriak Reza dari balik pintu. Aryo tak menjawab, hanya terus mengetuk beberapa kali.
"Sebentar..!" Kata Reza lagi.
Begitu pintu dibuka, Aryo berhadapan dengan reza yang sudah bertelanjang
dada. Terlihat Melinda berbaring di ranjang twin sharing besar, dengan
rok yang telah tersingkap dan beberapa kancing blousenya terbuka,
sehingga bra kremnya kelihatan.
Reza kaget bukan main, karena yang dihadapinya adalah Aryo, yang sempat
memukul dia waktu ketahuan Melinda selingkuh dengannya. Geram bercampur
dendam, Aryo melayangkan pukulan telak ke wajah Reza. Reza pun terhuyung
dan akhrinya jatuh terjerembab setelah sebelumnya membentur tembok
cottage.
Darah segar mengalir dari hidungnya. Reza bangkit dan berusaha memukul
Aryo. Namun Aryo berhasil menghindar, dan mendorong Reza keluar dari
kamar, hingga akhirnya terhuyung dan jatuh di rumput. Aryo menghampiri
Reza. Dibaliknya badan Reza. Dipukulinya dua kali lagi wajah Reza,
hingga akhirnya Reza tak mampu berbuat apa-apa lagi. Ditinggalkannya
Reza yang terbaring di rumput.
Aryo mendapatkan Melinda tengah menangis, duduk dengan posisi lutut di
tekuk ke atas, dan tangannya memeluk kakinya. Wajah Melinda berpaling
dari muka Aryo. Aryo duduk mendekat, dan mengusap pipi Melinda yang
bawah oleh air mata.
"Mel..!", kata Aryo lirih.
Melinda menepis tangan Aryo.
"Melinda.."
Melinda akhirnya memeluk Aryo. Meledaklah tangis Melinda saat itu.
Aryo memapah Melinda menuju mobilnya. Mobil pun meluncur kembali ke daerah bawah. Selama perjalanan mereka berdua terdiam.
"Kemana kita Mel..", tanya Aryo membuka percakapan.
"Nggak tahu.."
"Maafkan aku tadi Mel.."
"Nggak usah minta maaf..", Melinda menjawab ketus.
Pembicaraan tidak berkembang. Aryo meraih tangan Diana, dan diremasnya.
Diana yang sedari tadi diam saja membalas remasan Aryo, makin lama makin
kuat.
"Mel.. aku sayang kamu", kata Aryo lagi.
Melinda terdiam. Airmatanya kembali meleleh di pipinya.
"Nggak adil.. Yo,.. nggak adil..", kata Melinda menyambung perkataan Aryo.
"Nggak adil kenapa..?", tanya Aryo lagi.
"Buat kamu..!", jawabnya singkat. Aryo kembali terdiam. Pikirannya
menerawang kembali ke masa dimana Melinda berselingkuh dengan Reza.
Sakit memang. Namun kenyataanya, Aryo masih memendam cinta yang dalam
kepada Melinda.
"Kenapa kamu nggak angkat waktu aku telepon?", tanya Mel memecah kesunyian.
"Aku ketiduran..", jawab Aryo.
"Ketiduran siapa?", Melinda lanjut bertanya dengan nada sinis.
"Nggak.. nggak ada..!", jawab Aryo panik.
"Ooh!", jawab Melinda singkat.
Mobil telah berada di Jalan Setiabudhi. Masih ramai.
"Yo,..!" kata Melinda memanggil. Kini tubuhnya agak bersender di pintu sambil memandang wajah Aryo.
"Ya,..!", jawab Aryo
"Aku nyesel nyakitin kamu..", Melinda berkata sambil mengusap pipi Aryo.
Aryo meraih tangan Melinda dan mencium punggung tangannya.
"Nggak usah diinget-inget lagi Mel, aku udah maafin, no need to be
sorry, aku juga salah waktu itu, nyuekin kamu", jawab Aryo. Keduanya
terdiam lagi, hingga akhirnya tidak terasa mobil sudah berada pertigaan
Setiabudhi dan Cipaganti.
"Mungkin kah kita bisa bersama lagi.. Yo?", tanya Melinda.
"Pelan-pelan Mel, aku nggak mau kita sama-sama jatuh lagi.. sakit khan Mel..?" jawab Aryo.
"Bawa aku ke tempat biasa.. Yo"
Aryo mengerti, dibelokkannya mobil ke arah Ciumbuleuit, dan beberapa
saat kemudian melewati sebuah perguruan tinggi swasta tempat anak tajir
kuliah disana. Sampailah mereka di hotel yang terkenal dengan
ketenangannya, di lereng bukit yang penuh dengan nuansa alam.
Setelah tiba di kamar, Melinda duduk di ranjang. Matanya masih enggan
melihat muka Aryo yang duduk berhadapan. Aryo membelai rambut Melinda
dengan lembut. Melinda kembali menitikkan air matanya. Melinda memandang
ke arah permukaan ranjang dan mengusap-usap seprei putih yang menutupi
ranjang. Aryo semakin tidak mengerti dengan apa yang diperbuat Melinda.
"Andai saja aku tidak ketemu Reza.."
"Lalu kenapa..?", kata Aryo sembil mengangkat dagu Melinda. Mereka berpandangan.
"Ya, andai saja aku tidak ketemu Reza.. mungkin saja seprai putih ini
semakin akrab dengan kita Yo..", kata Melinda semakin berbisik.
"Aku memang suka berada disini.. tenang, lembut, dan damai.."
"Pejamkan matamu Mel"
Melinda memejamkan matanya. Dirasakannya bibir Aryo menempel di
bibirnya. Melinda ragu untuk menyambutnya. Namun Aryo memeluk Melinda.
Melinda balan memluk Aryo. Kini dua insan itu mulai dibakar asmara yang
telah lama hilang.
Pelukan Melinda semakin kuat, seiring dengan ciuman yang berubah menjadi
tarian lidah di rongga mulut Aryo. Melinda memang merindukannya. Aryo
merebahkan Melinda tanpa melepas ciumannya di bibir Melinda. Desahan
nafas Melinda terdengar tidak teratur. Kini keduanya telah berada di
atas ranjang. Mereka berguling ke kiri dan ke kanan. Gairah cinta
mendera keduanya.
Aryo mulai melepaskan kancing blouse Melinda. Begitu juga Melinda, balas
melepaskan kancing baju Aryo, sambil sesekali berpandangan untuk
kemudian berciuman lagi. Aryo telah bertelanjang dada, sementara Melinda
masih terbungkus bra krem model push up tanpa jahitan di cup-nya, yang
membuat dadanya semakin montok menonjol. Merka masih bergulingan.
Kini Melinda berada di atas Aryo. Sesekali Melinda menciumi dada dan
leher Aryo. Pinggulnya bergerak-gerak seperti sedang bersenggama,
mencari sensasi gesekan pada batang Aryo yang memang telah tegak
menonjol dibalik celana Aryo. Aryo tidak tinggal diam, dibukanya kaitan
bra Melinda. Tampaklah dua gundukan daging kenyal yang tak disia-siakan
Aryo. Aryo meremas keduanya. Melinda tengadah.
"Ahh..", Melinda mendesah.
Mereka berdua berbalik. Kini Aryo berada di atas Melinda. Diciuminya
buah dada Melinda, sesekali digigit putingnya. Melinda makin
menggelinjang tak karuan, sambil meremas-remas kepala Aryo. Puas dengan
yang kiri, Aryo pindah ke kanan, dan begitu juga seterusnya.
Kepala Aryo perlahan turun ke bagian bawah Melinda. Lidahnya menari-nari
di perut Melinda hingga terhenti di tepian rok yang masih menutupi
bagian bawah Melinda. Aryo perlahan bangkit. Disingkapkannya rok Melinda
ke atas. Tampak CD hitam berenda yang masih tertutupi stocking hitam
transparan. Aryo perlahan menjilati daerah kemaluan Melinda yang masih
tertutup itu, dengan gerakan memutar di sekitar vagina. Sesekali
selangkanagn Melinda dijilatnya pula. Melinda melayang merasakan sensasi
lidah Aryo, walaupun masih terhalang kain tipis di vaginanya.
Aryo kemudian menggigit stocking Melinda tepat di bagain vagina Melinda.
Kini stocking itu robek dan terbentuklah lubang yang menampakkan CD
hitam berenda yang telah basah oleh carian vagina Melinda. Aryo
mengendus-endus bagian itu. Disingkapkannya CD hitam Melinda. Tampaklah
labia mayora yang merah merekah, mengkilat terkena sinar lampu kamar.
Lidah Aryo langsung menyapu daerah vagina Melinda mulai dari perineum,
hingga mencapai klitoris Melinda.
"Aryohh.. Akhuu.. cinttaahh.. ahh.. ahh.. aiihh.., " Melinda mendesah.
Aryo tidak menghiraukan desahan Melinda yang semakin cepat temponya
karena dia terlalu sibuk dengan vagina Melinda. Sesekali lidah Aryo
membuat penetrasi lebih dalam di lubang vagina Melinda, dan terutama di
klitorisnya. Hingga akhirnya teriakan kenikmatan tiada tara Melinda
meledak.
"Nnnggaahh.. Aryoohh.. AAH!", begitulah Melinda berteriak tanda puncak telah diraih.
Bibir Aryo belepotan cairan kenikmatan Melinda. Kini Melinda bangkit
walau masih terasa lemas. Nafsunya masih memberikan energi untuk meraih
puncak demi puncak yang diidamkannya dari Aryo. Diciumnya bibir Aryo dan
Didorongnya Aryo hingga rebah ke ranjang. Dengan buas Melinda membuka
ikat pinnggang Aryo. Celana panjang Aryo dipelorotkan. Dengan sigap CD
Aryo pun di lucuti hingga Aryo benar-benar bugil. Batang Aryo yang
menjulang diraihnya dan langsung amblas di lahap oleh bibir mungil
Melinda. Dikombinasikan dengan kocokan tangan, mulut Melinda pun
menyedot batang Aryo.
Aryo kegelian, manakala Melinda sesekali menjilati zakarnya. Ditengah
kegelian yang mendera, Aryo manrik paha Melinda supaya bergerak
mendekati ke muka Aryo. Aryo ingin melakukan 69. Ketika vagina Melinda
tepat berada di atas mulut Aryo, kembali Aryo menyobek stocking hingga
lubangnya tampak lebih lebar. Penampang vagina Melinda terbuka lebih
lebar. Aryo tak menunggu lebih lama untuk menyapukan lidahnya ke bagian
yang paling pribadi dari Melinda. Mendapat sensasi nikmat dari Aryo
sesekali Melinda tengadah dan mendesah sambil tangannya tak lepas
mengocok batang kemaluan Aryo, dan melanjutkan lagi kuluman, hisapan dan
sedotan kuat.
Aryo memang kuat. Melinda mengejang tanda puncak kedua telah diraihnya,
hingga kepalanya ambruk terkulai lemas di samping kemaluan Aryo.
Tangannya masih mengocok batang kemaluan Aryo namun sudah tidak begitu
kuat. Melihat kesempatan itu Aryo berganti posisi. Melinda dibuatnya
menungging dengan pipi masih menempel di kasur, karena masih kelelahan
didera kenikmatan tiada tara. Aryo memegang kemaluan dan mengarahkannya
ke vagina Melinda yang masih basah, dihiasi leleran cairan kenikmatan di
sekitarnya.
"Do it.. Aryohh.. do it like we used to be.. OOUUCCHH..!" Melinda
mengerang ketika batang kemaluan Aryo amblas sedikit demi sedikit di
vaginanya. Aryo bergerak maju mundur, diselingi goyangan pinggul
memutar, untuk mendapatkan sensasi gelitik di vagina Melinda.
"Mel.. ohh.. ahh.. ah.. Melhh. I love You Melh.. Ouhh.. ah", kalimat tak
jelas meluncur dari mulut Aryo. Begitu pun Melinda. Kontrol
kesadarannya telah hilang diganti rasa cinta dan kenikmatan yang dalam
terhadap Aryo, kekasih yang pernah ditinggalkannya dulu.
"Ouu.. god.. Aryoh.. I Love youu yoohh.. ahh.. uahh.. ahh"
Puas dengan posisi doggy style, Aryo merebahkan Melinda. Melinda
menyamping ke kiri. Kaki kanannya diangkat Aryo. Aryo kembali menusukkan
batangnya dan menggenjotnya.
"Honey.. I love this.. ouhh.. ouhh.. aahh.. Aryohh.. c'mon.. don't leave me againhh.. ngghh.. ngghh"
Kini Aryo duduk di ranjang dan menggendong Melinda. Melinda bergerak
turun naik dan sesekali maju mundur. Aryo melepaskan rok Melinda yang
telah teringkap lewat atas tubuh Melinda. Dua insan itu telanjang sudah,
walau stocking sobek Melinda masih menempel. Melinda memeluk Aryo,
namun Aryo menahannya, karena ingin menikmati payudara Mel yang ranum
bergerak-gerak.
Melinda makin buas. Didorongnya Aryo hingga rebah ke ranjang. Kini
Melinda berkuasa atas Aryo. Pantat Melinda turun naik dan semakin cepat
gerakannya. Keringat mereka bercucuran.
"Melhh.. hh.. hhehh.. promise me.. hh.. hh.. hheehh, akhuuhh inginhh bersamamu terushh.. Melhh.. hh.. hh"
"A.. a. aahkhuu.. janjhiihh.. hihh.. hiahh.. aah.. chumahh.. khamuhh
yanghh.. a.. aah.. aahh.. da di hhaatikuhh.. uhh.. aah.. Aryoohh..
"Melh.. Mel.. I'm gonna cummhh ouhh..
"Meh.. thooh.. ouhh.. hangh onhh.. ahh.. aahh AAhhH"
"MEELLHH.. MMEL.. IND AA HH.."
Lama sekali mereka mengejang bersama, sperma Aryo muncrat membasahi
vagina Melinda. Melinda pun merasakan semburan hangat mengisi lorong
vaginanya.. Melinda mencakar dada Aryo hingga meninggalkan bekas. Tangan
Aryo pun tidak lepas dari bukit kembarnya Melinda, hingga akhirnya
Melinda Ambruk di dada Aryo.
Keheningan terjadi di ruangan itu. Semilir angin dari jendela yang
terbuka terasa dingin menusuk kulit, tak dirasakan mereka berdua.
Kehangatan yang menjalah di sekujur tubuh mampu mengusir dinginnya malam
yang indah itu.
Aryo mencium lembut bibir Melinda dan Melinda pun membalasnya.
"Kita mulai lagi dari awal Mel.."
"Aku mau yo.. Thanks for everything.., you're the best".
Keduanya berpelukan mesra. Batang Aryo masih menancap di vagina Melinda.
Hingga pagi menyambut, keduanya berulang kali melakukan percintaan
tanpa henti.
*****
Aryo akhirnya menikah dengan Melinda. Aryo masih bekerja di Jakarta dan
Melinda di Bandung Walaupun begitu, Aryo masih saja melayani Diana yang
butuh kehangatan sentuhannya. Setiap kali ada kesempatan, Aryo dan Diana
melakukannya tanpa sepengtahuan Melinda di hotel. Bagaimana dengan
kabar Sylvana? Ya, Sylvana memang rela mengejar Aryo ke Jakarta, setiap
kali Sendy ke luar negeri. Dengan dalih mengantar Sendy hingga airport,
setelah Sendy terbang, Sylvana menginap satu atau dua hari di Jakarta
untuk bertemu Aryo.
E N D