
Play/Download
Dari bagian 3
Chapter Five
"Udah belum..?", tanya Aryo pada Diana yang masih berada di kamar mandi.
"Bentar.. tinggal pake lipstik Om..", Jawab Diana dari dalam kamar Mandi.
Aryo telah bersiap. Setelan kemeja lengan panjang hitam, dipadu dengan
celana panjang katun dan sepatu fantopel hitam, membuat penampilan Aryo
tampak dendy.
"Duuh.. lama banget sih.., udah telat niih..".
"Cerewet amat sih Om, " kata Diana sambil keluar dari kamar mandi.
Bunyi pintu kamar mandi dibuka terdengar, dan tampaklah Diana, begitu
cantik dan anggun. Aryo terpana melihat Diana dengan pakaian yang
dibelinya beberapa saat lalu. Baju terusan hitam tanpa tali, ketat di
bagian dada, perut hingga pinggul. Di pahanya terlihat belahan memanjang
ke atas, sengat sexy. Belahan dada Diana terlihat dalam sekali diantara
dua gundukan bukit mulus. Rambut panjang terurai, dihiasi jepit
kupu-kupu menambah cantik gadis muda ini. Apalagi sepatu tali Diana yang
cukup tinggi haknya menambah seksi betis Diana yan memang putih.
"Kamu cantik..", kata Aryo sambil berjalan menghampiri Diana.
Dipeganggnya lengan atas Diana. Aryo mendaratkan kecupan di bibir Diana.
Diana terpejam, menikmati kecupan hangat Aryo. Tangannya bergerak
menuju pinggang Aryo ingin memeluknya. Diana tidak ingin melepaskan
ciuman Aryo. Menyadari akan terjadi sesuatu jika diteruskan, kepala Aryo
bergerak mundur dari wajah Diana, membuat Diana sedikit kecewa.
"Yuk..", kata Aryo sambil menarik tangan Diana.
Diana malah merangkul Aryo. Mereka berjalan menuju lobby bak sepasang kekasih.
Suasana restoran di Hotel tempat Aryo menginap memang ramai. Tamu
undangan Aryo hadir lengkap. Terdengar sesekali tawa meledak diantara
mereka. Diana, turut pula menjadi focus of interest disana, karena Diana
pandai berbaur, atau karena bajunya yang seksi. Entahlah yang pasti,
semua yang ada disana benar-benar menikmati suasana makan malan penuh
canda dengan para pejabat kepolisian.
Setelah acara itu berlalu, kini hanya Aryo dan Diana berdua di dalam
kamar. Diana rebahan di ranjang, sementara Aryo duduk di sebelahnya
Diana.
"Kamu mau pulang..?"
"Ntar aja dulu Om,.. Diana masih pengen ngobrol sama Om..!", ujarnya pada Aryo.
"Udah malem Diana,.. udah pukul setengah sebelas.. Orang tua mu ntar marah lhoo".
"Si Papah lagi sama Istri muda.., Ibu.. hmm.. mana aku tahu,.. kerjanya
kelayapan mulu bareng temen-temen gosipnya. Ke karaoke kek, arisan kek,
ke tempat spa, salon, wuaahh.. capek mikirinnya Om, " ujar Diana
ketus."Di rumah nggak ada siapa-siapa Om, bete cuman ditemenin Anah",
lanjutnya lagi.
"Trus.. mau ngapain donk..?" tanya Aryo lagi, curious.
"Aku masih pengen ngobrol sama Om.. titik!"jawabnya sambil merengek. Kemudian Diana membalikkan badannya dan bertopang dagu.
"Om masih mau sama tante Mel..?"
"Udah.. ah.. jangan dibahas lagi..!"
"Kenapa.. masih sakit ya Om?"
"Nggak.. aku Cuma.. mm.. hh", Aryo menarik nafas panjang.
Aryo terdiam seribu bahasa. Pikirannya menerawang ke masa lalu yang manis sekaligus menyakitkan di akhirnya.
"Om,.. kok malah ngelamun..?", tanya Diana membuyarkan lamunan Aryo.
Diana maju beringsut menuju paha Aryo. Kepalanya rebah di paha Aryo.
Aryo mengusap-usap kepala Diana. Diana merasa damai sekali saat itu.
"Aku dan tantemu itu.. sulit dijelaskan Diana!", Aryo akhirnya bicara.
"Unik.. nggak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Yang penting, kita tahu
perasaan masing-masing waktu itu. Entah sekarang..!", lanjut Aryo lagi.
"Tapi Om masih cinta khan sama tante Mel..?".
"Hmm.. ya.. begitulah. Cuma terus terang saat itu aku sakiit banget!" Aryo mejelaskan.
"Sakit gimana..?", tanya Diana lagi.
"Kayak gini ni.. niih", kata Aryo sambil mencubit pipi Diana.
"Eeeh.. Aduuh.. sakit Om.. Aaah.. si Om.. aah", rengek Diana sambil bangkit dan memukul-mukul bahu Aryo.
Aryo tertawa terbahak-bahak melihat kelakuan keponakan Melinda itu.
Saking cepatnya pukulan-pukulan Diana, Aryo pun merangkul Diana. Diana
jatuh dipelukan Aryo. Kemudian keduanya terdiam.
"Om.. aku seneng deh kalo Om bisa deket lagi sama tante Mel", kata Diana. Tangannya kini bergelayut memeluk leher Aryo.
"Kenapa?", tanya Aryo.
"Aku makin sering deket lagi sama Om..!", kata Diana lagi.
"Trus kalo deket?"
"Aku bisa merasakan juga keindahan cinta dari Om seperti dulu walaupun
tante Mel sudah memiliki Om sepenuhnya", lanjut Diana. Diana menguatkan
gelayutan tangannya di leher Aryo, membuat Aryo agak sedikit membungkuk.
Kepala mereka jadi berdekatan. Bibir mereka hampir beradu.
"Aku rela Om..", lanjut Diana lirih.
Kedua bibir itu akhirnya bertemu. Darah Diana kembali berdesir,
mendapatkan kehangatan yang telah lama hilang dari Aryo. Aryo memeluk
kuat Diana. Hatinya tidak tega mendengar perkataan Diana, namun nafsunya
lebih kuat untuk melanjutkan permainan cinta yang pernah dilakukannya
bersma Diana, sewaktu berpacaran dengan Melinda dulu. Kini dua manusia
itu bersatu sudah dalam kehangatan cinta dan nafsu. Pelukan Diana
semakin kuat, ciumannya pun semakin menggila. Lidah mereka menari-nari,
bertukar liur kenikmatan.
Aryo mengelus paha putih mulus Diana, menyingkapkan rok hitam dengan
belahan itu semakin keatas. Tampak celana dalam hitam satin berenda
melapisi bagian terjauh yang dapat diraih kala bercinta. Gerakan Diana
semakin tidak terkendali, namun lembut, membuat batang Aryo yang
ditindih pantat Diana ingin segera membebaskan diri. Direbahkannya Diana
di ranjang. Aryo berada di atasnya. Mereka saling pandang. Diana dengan
sigap membuka kancing kemeja Aryo. Terbukalah dada bidang sedikit
berbulu itu di hadapan Diana. Diana mengusapnya.
"Om,.. lakukanlah apa yang Om mau seperti dulu..", katanya lirih.
"Aku rela Om.. aku kangen sama Om", lanjutnya lagi.
Aryo tidak banyak bicara lagi. Bibir Aryo mendarat lagi di bibir Diana.
Pergumulan cinta mereka semakin menggila. Beberapa kali berguling,
kadang Aryo diatas, kadang dibawah Diana. Hingga akhirnya Aryo
memelorotkan rok tube top bagian dada Diana ke bawah. Dua gunung yang
masih tertutup strapless bra hitam menyembul sedikit. Diana memberi
jalan tangan Aryo untuk melepaskan pengaitnya dipunggungnya. Kini dua
gunung itu terlihat jelas. Diucumbunya puting merah kecoklatan milik
Diana. Membuat Diana menggelinjang diterpa kenikmatan yan tiada taranya.
"Ommh.. Diana sukkhhaahh.. ehhmm", berkali-kali kalimat itu meluncur dari bibr tipis sensual Diana.
Aryo menggilir buah dada Diana kiri dan kanan. Sesekali diremasnya,
menambah sensasi kenikmatan yang dirasakan Diana. Diana pasrah.
Kepalanya menoleh kiri-kanan. Jeritan-jeritan kecil turut menghiasi
desahan nikmat, manakala putingnya dihisap atau digigit Aryo. Puas
dengan bukit kembar (tadi gunung ya..?) Diana lidah Aryo merambah leher
Diana, hingga ke belakang telinga. Erangan-demi erangan muncul menambah
koleksi kalimat tak jelas yang diucapkan Diana.
Kini keadaan berbalik. Aryo berguling kesamping, hingga memberikan
kesempatan Diana untuk melakukan serangan. Diciuminya dada Aryo. Hal
yang sama dilakukan oleh Diana pada Aryo. Menggigit kecil puting Aryo.
Juluran lidahnya manyapu hingga ke perut Aryo. Perlahan ikat pinggang
Aryo dibukanya, sekaligus menurunkan resletingnya dan memelorotkan
celananya ke bawah. Tonjolan itu semakin terlihat menantang. Lidah Diana
menari-nari di atas batang yang masih tertutup Rider. Beberapa saat
kemudian, dibukanya kain penutup itu, hingga akhirnya batang kekar Aryo
menyeruak, seperti mencari lubang baru.
Diana tidak melewatkan kesempatan itu, dikulumnya kemaluan Aryo turun
naik, dipadu dengan kocokan lembut seirama